TABALIEN.COM – Para ilmuwan telah lama menyadari bahwa tingkat radiasi di permukaan bulan cukup tinggi, terutama karena bulan tidak memiliki atmosfer tebal atau medan magnet yang bisa melindunginya. Namun, angka pasti mengenai tingkat radiasi tersebut sulit untuk diukur.
Selama misi Apollo NASA ke bulan antara 1969 hingga 1972, dosimeter yang dibawa oleh astronot mencatat paparan radiasi kumulatif dari seluruh misi, tetapi tidak memberikan rincian spesifik mengenai tingkat radiasi di permukaan bulan.
Baru-baru ini, dengan memanfaatkan data dari wahana antariksa China Chang’e-1 dan Chang’e-2, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi anomali termal di bawah permukaan bulan, khususnya di daerah Compton-Belkovich. Area ini menunjukkan adanya panas yang berlebihan, yang diduga disebabkan oleh fitur vulkanik. Penemuan ini menunjukkan bahwa batuan di bawah permukaan tersebut kemungkinan mengandung unsur-unsur radioaktif seperti thorium dan uranium.
Para peneliti memperkirakan bahwa tingkat radiasi latar belakang di bulan adalah sekitar 0,3 milisievert per tahun. Meskipun angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sekitar 6 milisievert per tahun yang diterima oleh manusia di Bumi dari radiasi alami, tingkat radiasi di bulan lebih kompleks.
Di bulan, terdapat berbagai sumber radiasi tambahan, termasuk sinar kosmik galaksi, partikel berenergi dari matahari, serta neutron dan sinar gamma yang dihasilkan dari interaksi radiasi dengan tanah bulan.
Estimasi dosis maksimum rata-rata dari semua sumber radiasi ini bisa mencapai lebih dari 400 milisievert per tahun. Selama periode aktivitas matahari yang sangat kuat, dosis radiasi ini bisa meningkat secara signifikan.
Dengan kata lain, meskipun bulan memiliki tingkat radioaktivitas alami yang rendah, lingkungan radiasi bulan menghadapi tantangan besar karena kombinasi dari berbagai sumber radiasi pengion. Penelitian ini menggarisbawahi betapa pentingnya memahami dan mengelola radiasi di bulan, terutama untuk misi jangka panjang dan koloni masa depan.
