PALANGKA RAYA, TABALIEN.COM – Habib Ismail Bin Yahya, bakal calon wakil gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), mengkritisi kebijakan pasar murah sebagai upaya pengendalian inflasi. Mantan Wagub Kalteng ini berpendapat, langkah tersebut justru dapat memperparah kondisi ekonomi Kalteng.
“Pembelian besar-besaran oleh pemerintah untuk kebijakan pasar murah dapat mengurangi pasokan di pasar reguler, sehingga mendorong kenaikan harga. Pasar murah justru dapat memperparah inflasi,” tegas Habib Ismail di Palangka Raya, Jumat (20/9/2024).
Fenomena itu mirip dengan efek cobweb, di mana fluktuasi harga dan produksi dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
Sebagai alternatif, Ketua DPW PKB Kalteng ini mengusulkan beberapa program inovatif. Untuk mengatasi inflasi cabai, ia menyarankan program penanaman cabai skala rumah tangga.
“Pemerintah bisa menyediakan bibit cabai dan pot tanam untuk setiap rumah. RT bertugas mengontrol pelaksanaannya,” jelasnya.
Sementara itu, untuk menstabilkan harga telur ayam, Habib Ismail mengajukan ide pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga melalui program budidaya ayam petelur skala kecil.
“Pemerintah bisa memfasilitasi kerjasama antara masyarakat dengan pengusaha peternakan ayam dan mengintervenasi rantai distribusi,” tambahnya.
Politisi senior ini juga mengingatkan tentang program ayam beku yang pernah ia inisiasi saat menjabat sebagai wakil gubernur. Menurutnya, program tersebut berpotensi menstabilkan harga ayam, namun memerlukan edukasi masyarakat mengenai kualitas dan higienitas ayam beku.
Habib Ismail menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memfasilitasi koneksi antara produsen dan konsumen besar, seperti restoran, untuk mengoptimalkan distribusi produk-produk seperti ayam beku.
Pendekatan ini dapat membantu memitigasi efek cobweb dengan menstabilkan rantai pasokan dan mengurangi fluktuasi harga yang ekstrem.
“Kita perlu memikirkan solusi jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak, dari tingkat RT hingga pemerintah daerah,” pungkas Habib Ismail.
Dia menegaskan, penanganan inflasi membutuhkan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan, bukan sekadar solusi jangka pendek yang berisiko memperparah siklus ketidakstabilan harga.
