Food Estate dan Runtuhnya Kedaulatan Pangan Masyarakat Adat Pilang
PULANG PISAU, TABALIEN.com – Senja mulai turun di Desa Pilang, yang berjarak 70 kilometer dari Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Di teras rumahnya yang sederhana, Ardianto—yang akrab disapa Bapak Abe—duduk santai berbincang dengan beberapa tetangganya.
Selama sepekan ini, ia tak mengunjungi sawahnya yang terletak 20 menit perjalanan dengan perahu, menyusuri lekuk Sungai Kahayan yang berkilau keemasan ditimpa cahaya sore.
“Tak ada gunanya ke sana,” ujarnya dengan nada getir. Sawah seluas dua hektar miliknya, yang merupakan bagian dari Program Strategis Nasional (PSN) Food Estate di era Presiden Joko Widodo, tak pernah menghasilkan panen yang layak.
Kondisi sawah yang memprihatinkan menjadi gambaran kegagalan program food estate di desa ini. Tanpa irigasi yang baik, banyak sawah terendam air hingga satu meter. “Apalagi kalau hujan, air tertahan, dan pipa-pipa pengatur air tidak berfungsi dengan baik,” tutur Bapak Abe, Sabtu (8/2/2025).
Permasalahan tidak hanya berhenti di situ. Bibit bantuan pemerintah, yaitu jenis Inpari 37 dan Inpari 42, tidak cocok dengan tanah tersebut. Tumbuhnya subur, tetapi tidak menghasilkan bulir padi. Belum lagi ancaman banjir dan serangan hama.
