PALANGKA RAYA, TABALIEN.COM – Habib Ismail Bin Yahya, Calon Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, menilai survei yang dirilis sejumlah media terkait elektabilitas cagub-cawagub Kalteng sebagai pembohongan publik.
Survei tersebut menunjukkan hasil elektabilitas Agustiar Sabran-Edy Pratowo sebesar 38,9 persen, Nadalsyah-Supian Hadi 26,6 persen, Abdul Razak-Sri Suwanto 7,2 persen, Willy M Yoseph-Habib Ismail 6,2 persen, dan 20,6 persen responden tidak memberikan jawaban.
Habib Ismail Bin Yahya, yang juga Ketua DPW PKB Kalteng, menyatakan keraguannya terhadap hasil survei tersebut melalui akun Facebook pribadinya pada Selasa, 3 September 2024. Ia menuduh survei tersebut tidak akurat dan menanyakan apakah hasil tersebut benar-benar dikeluarkan oleh Poltracking.
“Saya meragukan keabsahan hasil survei ini. Bagaimana mungkin Poltracking menerbitkan hasil yang menurut saya merupakan pembohongan publik,” tegas Habib.
Keraguan Habib Ismail berlandaskan fakta bahwa beberapa pasangan calon yang disebutkan dalam survei belum resmi diumumkan pada periode survei tersebut. Misalnya, pasangan Willy M Yoseph-Habib Ismail baru diumumkan sebagai pasangan calon pada 28 Agustus 2024, yaitu pada hari kedua masa pendaftaran Pilgub ke KPU. Pasangan ini kemudian mendaftar ke KPU pada 29 Agustus.
Sementara itu, Nadalsyah yang awalnya berpasangan dengan Sigit K Yunianto, beralih ke Supian Hadi pada 28 Agustus 2024, dan mendaftar pada hari terakhir pendaftaran, 29 Agustus. Abdul Razak juga mengalami perubahan pasangan, dari Perdie M Yoseph ke Sri Suwanto sebelum pendaftaran pada 28 Agustus.
Agustiar Sabran-Edy Pratowo, yang sudah diumumkan sebagai pasangan calon oleh Partai Gerindra pada 23 Juli 2024, mendaftar pada 29 Agustus.
Pihak survei Poltracking Indonesia belum memberikan klarifikasi mengenai kritik tersebut. Sebelumnya, survei ini dikritik karena dianggap tidak mencerminkan situasi terkini dalam pencalonan Pilkada Kalteng.
Ririn Binti, jurnalis senior di Kalteng juga mengkritik isi pemberitaan tersebut, menurut dia, wartawan wajib memverifikasi data dan informasi sebelum menyajikan kepada publik. Dalam berita tersebut, terlihat jelas kejanggalan yang harusnya mengantarkan pewarta pada pertanyaan-pertanyaan mendalam.
