JAKARTA, Tabalien.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengisyaratkan kemungkinan penghentian ekspor gas untuk memastikan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat dapat terpenuhi. Rencana ini telah disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Dalam laporannya kepada Presiden, Bahlil menyampaikan bahwa penghentian ekspor bertujuan menghindari potensi kekurangan gas di tengah lonjakan konsumsi domestik.
“Kalau kita belum cukup, mohon maaf Bapak Presiden, atas arahan Bapak Presiden, kami belum mengizinkan untuk ekspor. Tapi kalau kebutuhan dalam negeri sudah cukup, kita akan melakukan ekspor,” ujar Bahlil saat berada di PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Senin (20/1/2025), melalui siaran YouTube Kementerian ESDM.
Ia mengakui bahwa kebijakan ini kemungkinan besar akan menuai reaksi negatif dari negara-negara tujuan ekspor gas Indonesia. Namun, pemerintah tetap memprioritaskan ketersediaan gas untuk kebutuhan domestik.
“Saya yakin negara lain akan merasa keberatan, tetapi orientasi kita sekarang adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tegasnya.
Bahlil menjelaskan bahwa pada 2025, mayoritas kebutuhan gas nasional, sekitar 71 persen atau 1.471 BBTUD, akan dialokasikan untuk pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Angka tersebut diprediksi terus meningkat hingga 2.659 BBTUD pada 2034. Dengan proyeksi tersebut, ekspor gas akan menjadi pilihan terakhir.
“Jadi, saya minta izin kepada Bapak Presiden. Dalam perencanaan kami ke depan, seluruh konsesi gas di Indonesia akan diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri, khususnya energi dan bahan baku hilirisasi,” pungkasnya. (Mth)
