123 Spesies Baru di Jantung Kalimantan

Katak berkepala pipih Kalimantan ternyata punya paru-paru. Chien Lee/naturepl.com

KALIMANTAN, TABALIEN.com – Sejumlah penemuan spesies baru di Kalimantan terus dilaporkan pasca 2010, memperkuat urgensi perlindungan hutan hujan tropis di jantung Borneo.

Tim Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) mengumumkan dua spesies baru Begonia hasil ekspedisi Juni 2024 yang kemudian dipublikasikan dalam jurnal Phytotaxa pada 6 Juni 2025. Spesies itu dinamai Begonia bukitrayaensis dan Begonia kalimantana, sebagai penghormatan kepada Gunung Bukit Raya.

Pada Mei 2025, tim yang sama juga menemukan anggrek baru dari genus Bulbophyllum di ketinggian sekitar 1.320 meter di Bukit Raya. Spesies baru itu diberi nama Bulbophyllum bukitrayaense setelah hasil penelitian morfologi dan taksonomi yang dipublikasikan dalam jurnal internasional.

Sementara di ranah hewan, pada Juli 2025, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) melaporkan dua katak bertaring (famili Dicroglossidae) baru dari Pegunungan Meratus, yakni Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara. Kedua spesies ini sebelumnya disangka bagian dari L. kuhlii.

Selain itu, spesies burung langka Spectacled Flowerpecker (Dicaeum dayakorum) akhirnya mendapatkan pengakuan ilmiah resmi pada 2019, setelah pengamatan sejak 2009 di hutan Borneo.

Terlepas dari nama-nama baru, beberapa penelitian revisi juga mengoreksi pemahaman sebelumnya. Misalnya, katak pipih Borneo dikenal sebagai katak tanpa paru-paru (Barbourula kalimantanensis) — meski namanya menyiratkan demikian, studi terkini (2024) menunjukkan ia sebenarnya memiliki glotis dan paru-paru.

Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa hutan Kalimantan masih menyimpan keanekaragaman hayati besar yang belum sepenuhnya terungkap, sekaligus menegaskan pentingnya proyek konservasi lintas negara seperti Heart of Borneo.

Para ahli menyerukan agar eksplorasi ilmiah berkelanjutan didukung dengan kebijakan pelestarian yang kuat guna mencegah kehilangan spesies unik sebelum kita sepenuhnya mengenalnya.


Spesies Langka yang Ditemukan

Tim peneliti mencatat sejumlah fauna unik, termasuk:

  • Katak tanpa paru-paru (Barbourula kalimantanensis), bernapas melalui kulit, tubuh pipih, dan hidup di sungai berarus deras.
  • Katak “terbang”, mampu mengubah warna kulit dan mata untuk beradaptasi.
  • Serangga batang terpanjang di dunia, panjang mencapai 56,7 cm.
  • Ular jingga menyala yang memamerkan warna terang saat merasa terancam.
  • Siput dataran tinggi “ninja” dengan ekor tiga kali panjang kepala dan kemampuan menembakkan “panah cinta”.

Rincian Penemuan 123 Spesies Baru

  • 67 tumbuhan
  • 29 invertebrata
  • 17 ikan
  • 5 katak
  • 3 ular
  • 2 kadal
  • 1 burung

Proyek Heart of Borneo

WWF melaporkan proyek konservasi ini dimulai pada 12 Februari 2007, ketika Brunei, Indonesia, dan Malaysia menandatangani deklarasi perlindungan hutan seluas 220.000 km². Kawasan ini merupakan salah satu hutan hujan tertua di dunia dan rumah bagi:

  • 10 spesies primata
  • 350+ spesies burung
  • 150 spesies reptil dan amfibi
  • 10.000+ tumbuhan endemik

“Tantangannya adalah memastikan lanskap yang amat berharga ini tetap utuh bagi generasi mendatang.”
— Adam Tomasek, Ketua Inisiatif Heart of Borneo, WWF

Ancaman Terhadap Hutan Kalimantan

WWF menegaskan kawasan ini menghadapi tekanan berat akibat:

  • Alih fungsi lahan skala besar
  • Perkebunan kelapa sawit
  • Pembangunan infrastruktur
  • Eksploitasi spesies liar

Laporan tahun 2010 mencatat rata-rata tiga spesies baru ditemukan setiap bulan sejak deklarasi Heart of Borneo ditandatangani.

Kesimpulan

Temuan 123 spesies baru menunjukkan betapa pentingnya hutan Kalimantan sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia. WWF menegaskan perlunya kolaborasi lintas negara untuk menjaga kawasan ini tetap utuh, sekaligus mendorong generasi ilmuwan baru untuk terus mengeksplorasi kekayaan hayatinya.